Syaikh Achmad Khotib
Al-Syambasi
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Syeikh Ahmad Khatib
Sambas adalah seorang ulama yang mendirikan perkumpulan Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah. Perkumpulan Tarekat ini merupakan penyatuan dan pengembangan
terhadap metode dua Tarekat sufi besar. yakni Tarekat Qadiriyah dan Tarekat
Naqsyabandiyah.
Daftar isi
1 Kehidupan Awal
2 Peran dan Karya
3 Ajaran
4 Pandangan Filosofis
Kehidupan Awal
Ahmad Khatib Sambas
dilahirkan di daerah Kampung Dagang, Sambas, Kalimantan Barat, pada bulan
shafar 1217 H. bertepatan dengan tahun 1803 M. dari seorang ayah bernama Abdul
Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Jalaluddin. Ahmad Khatib terlahir dari
sebuah keluarga perantau dari Kampung Sange’. Pada masa-masa tersebut, tradisi
merantau memang masih menjadi bagian dari cara hidup masyarakat di Kalimantan
Barat.
Sebagai sebuah daerah
yang dibangun oleh Raja Tengah, keturunan dari Raja Brunei Darussalam, pada
tahun 1620 M. dan menobatkan diri sebagai sebuah kerajaan sepuluh tahun
kemudian. Maka wilayah Sambas adalah daerah yang telah memiliki ciri-ciri
kemusliman khusus sejak Raden Sulaiman yang bergelar Muhammad Tsafiuddin
dinobatkan sebagai Sultan Sambas pertama.
Pada waktu itu, rakyat
Sambas hidup dari garis agraris dan nelayan. Hingga ditandatanganinya
perjanjian antara Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (1815-1828) dengan
pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1819 M. Perjanjian ini membentuk
sebuah pola baru bagi masyarakat Sambas yakni, perdagangan maritim.
Dalam suasana
demikianlah, Ahmad Khatib Sambas menjalani masa-masa kecil dan masa remajanya.
Di mana sejak kecil, Ahmad khatib Sambas diasuh oleh pamannya yang terkenal
sangat alim dan wara’ di wilayah tersebut. Ahmad Khatib Sambas menghabiskan masa
remajanya untuk mempelajari ilmu-ilmu agama, ia berguru dari satu guru-ke guru
lainnya di wilayah kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di
wilayah tersebut adalah, H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jami’ Kesultanan
Sambas.
Karena terlihat
keistimewaannya terhadap penguasaan ilmu-ilmu keagamaan, Ahmad Khatib Sambas
kemudian dikirim oleh orang tuanya untuk meneruskan pendidikannya ke Timur
Tengah, khususnya ke Makkah. Maka pada tahun 1820 M. Ahmad Khatib Sambas pun
berangkat ke tanah suci untuk menuntaskan dahaga keilmuannya. Dari sini
kemudian ia menikah dengan seorang wanita Arab keturunan Melayu dan menetap di
Makkah. Sejak saat itu, Ahmad Khatib Sambas memutuskan untuk menetap di Makkah
sampai wafat pada tahun 1875 M.
Sebagian besar penulis
Eropa membuat catatan salah, ketika mereka menyatakan bahwa sebagian besar
Ulama Indonesia bermusuhan dengan pengikut sufi. Hal terpenting yang perlu
ditekankan adalah bahwa Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah sebagai seorang Ulama
(dalam arti intelektual), yang juga sebagai seorang sufi (dalam arti pemuka
thariqat) serta seorang pemimpin umat yang memiliki banyak sekali murid di
Nusantara. Hal ini dikarenakan perkumpulan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
yang didirikannya, telah menarik perhatian sebagian masyarakat muslim
Indonesia, khususnya di wilayah Madura, Banten, dan Cirebon, dan tersebar luas
hingga ke Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.
Peran dan Karya
Perlawanan yang dilakukan
oleh suku Sasak, pengikut Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah yang dipimpin
oleh Syeikh Guru Bangkol juga merupakan bukti yang melengkapi pemberontakan
petani Banten, bahwa perlawanan terhadap pemerintahan Belanda juga dipicu oleh
keikutsertaan mereka pada perkumpulan Tarekat yang didirikan oleh Syeikh Ahmad
Khatib Sambas ini.
Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia,
terutama dalam membantu membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan semata
karena Syaikh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang dari Nusantara,
tetapi bahwa para pengikut kedua Thariqat ini adalah para pejuang yang dengan
gigih senantiasa mengobarkan perlawanan terhadap imperialisme Belanda dan terus
berjuang melalui gerakan sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah
kemerdekaan.
Ajarah Syeikh Ahmad
Khatib Sambas hingga saat ini dapat dikenali dari karya Fathul Arifin yang
merupakah notulensi dari ceramah-ceramahnya yang ditulis oleh salah seorang
muridnya, Muhammad Ismail bin Abdurrahim. Notulensi ini dibukukan di Makkah
pada tahun 1295 H. kitab ini memuat tentang tata cara, baiat, talqin, dzikir,
muqarobah dan silsilah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
Buku inilah yang hingga
saat ini masih dijadikan pegangan oleh para mursyid dan pengikut Tarekat
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah untuk melaksanakan prosesi-prosesi peribadahan
khusus mereka. Dengan demikian maka tentu saja nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas
selalu dikenang dan di panjatkan dalam setiap doa dan munajah para pengikut
Thariqah ini.
Walaupun Syeikh Ahmad
Khatib Sambas termasyhur sebagai seorang tokoh sufi, namun beliau juga
menghasilkan karya dalam bidang ilmu fikih yang berupa manusrkip risalah
Jum’at. Naskah tulisan tangan ini dijumpai tahun 1986, bekas koleksi Haji
Manshur yang berasal dari Pulau Subi, Kepulauan Riau. Demikian menurut Wan
Mohd. Shaghir Abdullah, seorang ulama penulis asal tanah Melayu. Kandungan
manuskrip ini, membicarakan masalah seputar Jum’at, juga membahas mengenai
hukum penyembelihan secara Islam.
Pada bagian akhir naskah
manuskrip, terdapat pula suatu nasihat panjang, manuskrip ini ditutup dengan
beberapa amalan wirid Beliau selain amalan Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah.
Karya lain (juga berupa
manuskrip) membicarakan tentang fikih, mulai thaharah, sholat dan
penyelenggaraan jenazah ditemukan di Kampung Mendalok, Sungai Kunyit, Kabupaten
Pontianak, Kalimantan Barat, pada 6 Syawal 1422 H/20 Desember 2001 M. karya ini
berupa manuskrip tanpa tahun, hanya terdapat tahun penyalinan dinyatakan yang
menyatakan disalin pada hari kamis, 11 Muharam 1281.
Sedangkan mengenai masa
hidupnya, sekurang-kurangnya terdapat dua buah kitab yang ditulis dalam bahasa
Arab oleh orang Arab, menceritakan kisah ulama-ulama Mekah, termasuk di
dalamnya adalah nama Syeikh Ahmad Khatib Sambas. Kitab yang pertama, Siyar wa
Tarajim, karya Umar Abdul Jabbar. Kitab kedua, Al-Mukhtashar min Kitab Nasyrin
Naur waz Zahar, karya Abdullah Mirdad Abul Khair yang diringkaskan oleh
Muhammad Sa'id al-'Amudi dan Ahmad Ali.
Umar Abdul Jabbar,
menyebut bulan Safar 1217 H (kira-kira bersamaan 1802 M.) sebagai tanggal
lahirnya demikian pun Muhammad Sa’id al-Mahmudi. Namun mengenai tahun wafatnya
di Mekah, terdapat perbedaan. Abdullah Mirdad Abul Khair menyebut bahwa Syeikh
Ahmad Khatib wafat tahun 1280 H. (kira-kira bersamaan 1863 M.), tetapi menurut
Umar Abdul Jabbar, pada tahun 1289 H. (kira-kira bersamaan 1872 M.).
Tahun wafat 1280 H. yang
disebut oleh Abdullah Mirdad Abul Khair sudah pasti ditolak, karena berdasarkan
sebuah manuskrip Fathul Arifin salinan Haji Muhammad Sa'id bin Hasanuddin, Imam
Singapura, menyebutkan bahwa Muhammad Sa'ad bin Muhammad Thasin al-Banjari
mengambil tariqat (berbaiat) dari gurunya, Syeikh Ahmad Khatib sedang berada di
Makkah menjalani khalwat. Manuskrip ini menyebutkan bahwa baiat ini terjadi
pada hari Rabu ketujuh bulan Dzulhijjah, tahun 1286 H. Jadi berarti pada
tanggal 7 Dzulhijah 1286 H. Syeikh Ahmad Khathib Sambas masih hidup. Oleh
tanggal wafat Syeikh Ahmad Khatib Sambas, yang wafat tahun 1289 H. yang disebut
oleh Umar Abdul Jabbar lebih mendekati kebenaran.
Ajaran
Ajaran Syeikh Ahmad
Khatib Sambas adalah Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah memiliki ajaran yang
diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang
merupakan pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat
atau metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Metode tersebut diyakini
paling efektif dan efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya didasarkan
pada Al-Qur'an, Al-Hadits, dan perkataan para 'ulama arifin dari kalangan
Salafus shalihin.
Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia. Dan
yang sangat penting adalah membantu dalam membentuk karakter masyarakat
Indonesia. Bukan karena Syekh Ahmad Khatib Sambas sebagai pendiri adalah orang
lokal (Indonesia) tetapi para pengikut kedua Tarekat ini ikut berjuang dengan
gigih terhadap imperialisme Belanda dan terus berjuang melalui gerakan
sosial-keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.
Survey tentang sejarah
Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah mempunyai hubungan yang erat
dengan pembangunan masyarakat Indonesia. Thariqat ini merupakan salah satu
keunikan masyarakat muslim Indonesia, bukan karena alasan yang dijelaskan di
atas, tetapi praktek-praktek Thariqat ini menghiasi kepercayaan dan budaya
masyarakat Indonesia.
Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah secara substansial merupakan aktualisasi seluruh ajaran Islam
(Islam Kaffah); dalam segala aspek kehidupan. Tujuan Tarekat Qodiriyah wa
Naqsyabandiyah adalah tujuan Islam itu sendiri. Menurut sumber utamanya,
Alquran, Islam sebagai agama diturunkan untuk membawa umat manusia ke jalan
yang lurus, jalan keselamatan yang bermuara pada kesejahteraan di dunia dan
kebahagiaan di akhirat (hasanah fi al-dunya dan hasanah fil al-akhirat).
Pandangan Filosofis
Pandangan filosofis
Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah mengenai hubungan kemasyarakatan, baik
dengan sesama muslim mahupun dengan yang bukan muslim, dapat dilihat dalam
bagian uraian Tanbih berikut:
1. Terhadap orang-orang
yang lebih tinggi dari kita, baik zahir maupun batin, harus kita hormati,
begitulah seharusnya hidup rukun saling menghargai.
2. Terhadap sesama yang
sederajat dengan kita dalam segala-galanya jangan sampai terjadi persengketaan,
sebaliknya harus bersikap rendah hati bergotong- royong dalam melaksanakan
perintah Agama maupun Negara, jangan sampai terjadi perselisihan dan
persengketaaan, kalau-kalau kita terkena firmanNya “Adzabun Alim” yang artinya
duka nestapa untuk selama-lamanya dari dunia hingga akhirat;
3. Terhadap orang-orang
yang keadaannya di bawah kita, janganlah menghinanya atau berbuat tidak senonoh
bersika angkuh, sebaliknya harus bersikap belas kasihan dengan kesadaran, agar
mereka merasa senang dan gembira hatinya harus dituntun dan dibimbing dengan
nasihat yang lemah lembut yang akan memberi keinsafan dalam menginjak jalan
kebajikan;
4. Terhadap fakir miskin,
harus kasih sayang, ramah tamah serta bermanis budi, bersikap murah tangan,
mencerminkan bahwa kita sadar. Coba rasakan diri kita pribadi, betapa pedihnya
jika dalam keadaan kekurangan.
Saya ingin menyampaikan kepada seluruh Tki yang bekerja di negeri orang saya ibu SITI seorang TKI DI ARAB SAUDI pengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan hamil gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak kebetulan suami saya buka-buka facebook mendapatkan nomor aki katanya bisa bantu orang melunasi hutang melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah jadi saya coba hubungi aki dan minta angka bocoran THAILAND angka yang di berikan 4D ternyata betul-betul tembus 100% bagi saudarah-saudara di indo mau di luar negri apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah anda hubungi aki wowo di nomor +6285328880180--/-085-328-880-180 silahkan buktikan sendiri aki tidak melayani SMS demi allah saya sudah membuktikan. untuk info lebih jelas Klik: KLIK DI SINI
BalasHapusAssalamu'allaikum..
BalasHapusMas maaf sebul nya saya mengganggu waktu nya, saya boleh minta tolong kirimin foto nya syeh khotib sambas yg asli dan jelas ( gx pudar/pecah) soal nya saya mau mencatak foto nya buat para murid/jama'ah thoriqoh qodriyah wa naqsabandiyah.. mohon bantuan nya..
Kirim ke no WHatsap saya
0821 8006 0823