Sabtu, 14 Maret 2009

Hanya Memperebutkan Sebuah Kehormatan

Oleh Rosadi Jamani

Abraham Maslow (1954) pernah mengatakan, puncak dari hierarki keinginan manusia itu adalah self actualization (aktualisasi diri). Saya bisa artikan lain dari self actualization itu adalah sebuah kehormatan. Siapa sih orang yang senang dihina, dicaci maki atau dilecehkan? Semua ingin dihormati, disanjung, dipuji dan diangkat-angkat. Kehormatan merupakan puncak dari sebuah keinginan manusia.

Orang mau menjadi Ketua RT, karena ingin kehormatan. Orang mau jadi pimpinan perusahaan, juga karena ingin mendapatkan kehormatan. Orang mau menjadi presiden, karena ingin sebuah kehormatan. Begitu juga kalau orang ingin menjadi anggota legislatif, karena mendambakan sebuah kehormatan. Tapi, jangan salah, jangan sampai gila hormat, bahaya! Atau kalau perempuan, jangan sampai hilang kehormatannya, bisa heboh orang sekampung.

Saya ingin fokus kepada keinginan orang untuk menjadi anggota legislatif atau wakil rakyat. Kebetulan Pemilu tinggal 27 hari lagi, di mana ribuan caleg berebut, bersaing dan berseteru untuk menjadi wakil rakyat. Saat ini ribuan caleg itu sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya. Uang, tenaga, pikiran dan waktu diramu menjadi satu untuk bisa merebut satu kursi di parlemen. Lantas, dari perjuangan caleg yang habis-habisan itu, sebenarnya apa yang ingin mereka capai? Saya jawab, mereka sedang mencari sebuah kehormatan. Dengan menjadi Dewan, derajat pasti terangkat. Banyak orang akan hormat. Biasa dipanggil nama saja, tiba-tiba dipanggil, Pak! Biasa duduk di belakang apabila ada hajatan, lalu didudukkan di kursi paling depan. Dulu biasa menunggu, sekarang malah banyak ditunggu orang. Dulu biasa minta uang, sekarang malah dimintai uang. Semua itu adalah kehormatan yang menjadi idaman ribuan caleg.
Pada Rabu, 11 Maret 2009 lalu, saya lagi tidur siang. Maklum, kerja malam, jadi tidurnya sering siang hari. Tiba-tiba hand phone (HP) berdering nyaring sampai membuat saya kaget dan terbangun. Saya berpegas dan mengambil HP yang sedang berdering di atas meja rias. Saya lihat di layar monitor HP, nama anggota Dewan yang kebetulan kawan dekat. Dengan nada sedikit lemas (maklum baru bangun tidur), saya jawab panggilan dari kawan itu. “Hallo, kawan, ape cerite?” tanya saya. “Baru bangun tidur, ya?” tanyanya balik. “Ya, maklum tiap malam begadang. Gimane?” tanya saya lagi.

“Begini kawan, saya sebentar lagi nikah. Saya lagi ada kesulitan, nih! Tadak ade beduit. Kalau ente ade uang, bolehlah dipinjamkan,” pinta kawan saya itu. Mendengar permintaan itu, saya kaget. Dalam hati saya bertanya, “Anggota Dewan minjam duit sama wartawan, apa ndak salah?” Saya tidak bertanya, berapa mau minjam uang. Soalnya, memang tidak ada uang banyak untuk dipinjamkan. Tidak mungkin anggota Dewan minjam Rp 100 atau 200 ribu. Kalau sebanyak itu, saya pasti bisa. Dalam pikiran saya, dia pasti akan minjam di atas Rp 2 juta, karena even yang dihadapi adalah pernikahan, masa perpindahan dari lajang ke suami. Saya tidak punya uang sebanyak itu dalam waktu cepat.

“Kawan, terus terang, saya sedang mempersiapkan orang rumah (istri, red) untuk kuliah lagi. Butuh biaya besar. Mohon maaf, kalau tidak bisa minjamin,” kata saya. “Oh, gitu, ya. Okelah, sayapun tak memaksa. Kalau begitu sorry-lah nganggu tidur,” katanya. “Tak apa-apa, maaf, ya! Nanti di pesta perkawinan saya datang, selamat, ya!” kata saya lagi sambil memutuskan komunikasi lewat udara itu. Sayapun baring lagi, lalu merenungkan hasil pembicaraan di HP itu. Lagi-lagi saya bertanya dalam hati, “Dewan mau minjam uang dengan wartawan, apa ndak terbalik?”

Dewan dan wartawan adalah mitra kerja. Gaji seorang anggota Dewan jelas di atas rata-rata gaji seorang wartawan. Kalau diibaratkan, perbedaan gaji wakil rakyat dengan pemburu berita, seperti langit dan bumi. Sangat jauh perbedaannya. Itu sebabnya, ada sejumlah wartawan yang ikut-ikutan jadi caleg mau menjadi Dewan juga. Tapi, kenapa Dewan harus minjam duit ke wartawan. Apakah gaji, tunjangan, insentif, komisi, can tepi yang jumlahnya jutaan itu tidak cukup untuk biaya nikah sehingga harus ngutang? Wartawan walaupun gajinya kecil, tidak pernah ngutang jika mau nikah. Semua dibayar cash. Walaupun pestanya di rumah (kecil-kecilan), tidak di gedung, tapi urusan nikah tidak ngutang. Tidak ngutang adalah sebuah kehormatan buat wartawan. Orang yang meminjamkan uang pastilah lebih terhormat dari yang minjam. Karena, ketika proses pinjam-meminjam itu, si peminjam pasti “menyembah” si punya uang agar diberikan pinjaman. Kadang harus menjaminkan sertifikat rumah, STNK mobil atau motor dan sebagainya hanya untuk mendapatkan pinjaman dari si punya uang.

Ngutang itu memang bukan perbuatan terlarang atau dosa. Saya juga pernah ngutang, begitu juga pembaca sekalian. Yang menjadi persoalan apabila utang itu tidak dibayar. Ketika minjam, pasang wajah sedih dan nestapa. Ketika ditagih, banyak menghindar. Ditunggu di rumahnya, tak datang-datang. Bahkan, sering ngumpat. Orang yang dikejar utang atau memiliki utang di sana-sini, pastilah bukan orang terhormat. Orang terhormat itu pastilah selalu dipuji orang karena kebaikannya. Sementara orang yang dikejar-kejar utang, si pemilik uang pasti akan melancarkan sumpah serapah tak karuan. Tidak peduli siapapun dia, kalau ngutang tak dibayar-bayar pastilah dipandang rendah oleh si pemilik uang.

Awal Februari 2009, saya mampir ke ruang kerja salah satu pimpinan Dewan (maaf dirahasiakan). Saya ada sedikit keperluan menyangkut roda organisasi. Di ruangan itu, tidak hanya saya, melainkan beberapa kawan-kawannya. Termasuklah orang-orang dekatnya. Tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk orang dari luar. Ternyata, yang akan masuk adalah orang kepercayaannya. “Bang, saya mau ke Toko….(dirahasiakan) mau fotokopi surat ,” katanya kepada pimpinan Dewan itu. “Jangan, di Toko…. itu. Cari toko lain saja. Soalnya, di toko itu utang saya banyak, belum dibayar. Malu-lah, cari toko lain saja,” kata wakil rakyat itu. “Bang, di toko itu yang paling bagus kualitasnya dan murah,” jawab orang itu lagi. “Ya, udahlah. Begini aja, kalau pemilik toko itu nanya, bilang saya berada di Lamongan,” jawab Dewan itu.
Sudah ngutang tak dibayar-bayar, bohong lagi. Saya tak habis pikir dengan pimpinan Dewan itu. Dari penglihatan luar saya, Dewan itu orang kaya dan pasti memiliki tabungan ratusan juta bahkan miliaran. Rumah gede dan megah, memiliki dua mobil pribadi. Dugaan saya itu meleset jauh. Seorang pimpinan Dewan memiliki utang di toko kecil, lantas di mana letak kehormatannya? Pemilik toko itu pasti sangat berharap agar Dewan itu cepat membayar utangnya. Seorang pedagang pastilah harus punya modal, uang yang siap digulirkan untuk membeli barang dagangan berikutnya. Dia pasti kecewa, Dewan yang terlihat hebat di permukaan itu, tapi punya utang tak dibayar-bayar. Dia pasti bercerita ke relasi-relasinya bahwa pimpinan Dewan itu, payah. “Kalau nanti dia mau ngutang, minta dibayar di muka, cash!” kira-kira demikian omongan si pedagang itu.

Pagi Jumat (13/3/2009) kemarin, saya juga dikagetkan dering HP saat sedang tidur. Dengan mata sedikit tertutup, saya melihat di monitor HP panggilan seorang teman. Dia kawan satu kampus, bukan caleg tapi seorang businessman. Karena namanya sudah terekam, saya langsung tekan tombol jawaban. “Ape cerite, kawan?” Dia tahu saya baru bangun tidur dan mohon maaf karena mengganggu. Saya bilang tak masalah, kebetulan waktunya bangun. Lalu, saya tanyakan apa maksud dan tujuannya. “Begini kawan, saya ada bisnis perumahan. Saya perlu uang cepat. Kalau ente ada uang bisa dipinjamkan. Saya ada garansi sertifikat tanah. Dalam tempo dua bulan saya lunasi,” kata kawan itu dengan nada serius.

Sebelum menjawab itu, saya bilang bahwa sebelumnya ada anggota Dewan mau minjam uang juga. Saya bilang, tidak ada uang banyak. Tapi, dia berusaha meyakinkan saya agar bisa meminjamkan uang. Namun, saya berusaha untuk menghindar, karena soal meminjamkan uang, saya selalu konsultasi dengan istri. Saya harus menghormati istri karena dia bagian dari keluarga yang tidak bisa seenaknya dibelakangi. Kawan saya itu akhirnya memaklumi. Lalu, dia bertanya, “Tahu, ndak berapa saya mau minjam uang sama ente?” tanyanya. Saya jawab, tidak tahu. “Saya mau minjam seratus,” katanya. “Mau minjam seratus, maksudnya seratus ribu. Kalau begitu, tak usah minjam, saya kasih saja ente,” ujar saya bercanda. “Bukan seratus ribu, tapi seratus juta,” ujar kawan itu. Mendengar dia mau minjam Rp 100 juta, saya benar-benar kaget. “Ape ente bilang mau minjam Rp 100 juta, ente jangan ngolok. Mane ade ana duit sebanyak itu. Puluhan tahun jadi wartawan-pun tak mungkin dapatkan uang sebanyak itu,” kata saya.

Selanjutnya, diapun tak melanjutkan lobinya dan memohon maaf telah mengganggu tidur saya. Lagi-lagi saya merenung. Seorang pengusaha minjam uang ke wartawan Rp 100 juta. Apa tidak salah? Saya melihat ada sedikit pergeseran pandangan di mata masyarakat bahwa wartawan terbilang orang kaya. Saya tidak tahu apakah ini benar atau tidak, yang jelas faktanya seperti itu. Namun, wartawan sama dengan karyawan di perusahaan lain yang digaji berdasarkan standar undang-undang tenaga kerja. Mereka umumnya memang tidak kaya (relatif), tapi tidak juga miskin.

Banyak cerita dari kawan-kawan, Dewan atau pengusaha secara umum banyak memiliki utang. Apakah itu utang di bank, di toko atau sama kawan-kawannya. Orang yang berutang pastilah orang yang kekurangan modal atau uang. Orang yang memiliki uang, pasti tidak mau ngutang. Lantas, Dewan yang gajinya besar dan menjadi idam-idaman ribuan caleg, tapi kenapa justru banyak memiliki utang? Apakah utang itu bagian dari kehormatan seorang wakil rakyat. Jelas tidak. Ngutang bukanlah sebuah kehormatan. Orang dinilai terhormat ketika ngutang, begitu ada uang cepat dibayar, bukan dialihkan ke keperluan lain. Lebih terhormat lagi apabila Dewan tidak memiliki utang atau mengutangkan sebagian gajinya untuk kesejahteraan konstituennya. Silakan gapai kehormatan dengan cara tidak ngutang. (silakan tanggapi lewat email: rosadi@equator-news.com atau ke http://renunganpelangi.blogspot.com)

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
    berikan 4 angka 2711 alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA WARSITO,,di no (((085-342-064-735)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 790 JUTA , wassalam.


    dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







    Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI .JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA GHOIB: SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA GHOIB: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA GHOIB; TEXAS



    ANGKA GHOIB; TOTO/ MAGNUM 4D/5D/6D/



    ANGKA GHOIB; LAOS


















    KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
    berikan 4 angka 2711 alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA WARSITO,,di no (((085-342-064-735)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 790 JUTA , wassalam.


    dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







    Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI .JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D 3D 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA GHOIB: SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA GHOIB: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA GHOIB; TEXAS



    ANGKA GHOIB; TOTO/ MAGNUM 4D/5D/6D/



    ANGKA GHOIB; LAOS

    BalasHapus