Minggu, 08 Februari 2009

Arogansi Polisi

Rosadi Jamani
Kapolda Kalbar yang baru, Brigjend Erwin Lumban Tobing di awal amanatnya menegaskan, polisi tidak boleh arogan dengan masyarakat. Mendengar pernyataan itu, sangat sejuk. Ini artinya polisi lebih mengedepankan sisi humanisme ketimbang arogansi sebagai penegak hukum. Pernyataan itu juga mengindikasikan polisi benar-benar dekat dengan masyarakat.
Tapi, apakah itu langsung direspons oleh polisi yang berada di jajaran bawah? Sepertinya tidak. Kasus penganiayaan dan penodongan tiga warga Ngabang, Jumat (6/2) malam membuktikan bahwa instruksi Kapolda dianggap angin lalu. Walaupun yang menganiaya dan menondong warga itu belum dipastikan polisi, tapi dari ciri-cirinya jelas itu polisi. Buktinya, warga harus mengeluruk ke Mapolres Landak mencari oknum polisi yang melakukan tindakan keji itu.
Terlepas benar atau tidak kejadian itu dalangnya polisi, yang jelas ada penganiayaan dan penodongan di tengah masyarakat. Yang membuat kita kaget, ada orang seenaknya bawa pistol dan menodongkannya ke warga. Di Indonesia ini, ada dua kemungkinan orang bawa pistol, kalau bukan polisi, pastilah penjahat. Kalau polisi bawa pistol untuk menangkap penjahat. Sementara kalau penjahat bawa pistol untuk merampok, mencuri atau membunuh. Kejadian di depan Gedung DPRD Landak itu tidak memperlihatkan dua tujuan itu. Tiga pemuda yang menjadi objek penganiayaan hanya dianiaya dan ditodong. Kemudian, tiga pemuda itu bukan penjahat. Bukan juga residivis. Mereka warga Ngabang yang ingin nongkrong untuk melepas penat setelah seharian bekerja.
Tiga warga itu juga tidak membawa barang berharga yang mencolok. Mereka hanya murni ingin nyantai. Tiba-tiba mereka diminta berhenti oleh orang yang juga lagi nongkrong di depan gedung rakyat itu. Tanpa ampun mereka langsung dihajar. Tidak hanya itu, laki-laki yang rata-rata bawa pistol itu dengan arogan menodongkan pistol itu. Jelas saja warga yang tidak tahu-menahu itu gemetaran. Maklum, yang ditempel ke kepala mereka bukannya kayu atau benda tumpul, melainkan pistol. Sekali meledup, kepala warga itu pastilah bolong. Untung saja hanya penganiayaan dan penodongan, tidak sampai pada pembunuhan.
Tapi, warga yang ditodong itu punya harga diri. Tidak bisa ditodong begitu saja. Dia lapor ke keluarganya bahwa baru saja mereka dianiaya dan ditodong pakai pistol oleh polisi. Puluhan warga lainnya mencari oknum polisi itu di markasnya. Mereka tidak ketemu. Wakapolres Landak tanggap dan menerima kedatangan warga itu. Dia berjanji akan menghukum seberat-beratnya apabila benar anak buahnya melakukan tidak terpuji itu. Hanya ucapan itu yang didapatkan warga. Sementara si oknum yang diduga polisi lenyap sambil membawa pistol.
Kalau pihak Mapolres Landak mau, sangat mudah membuktikan kejadian itu, apakah polisi atau penjahat yang beraksi meresahkan warga. Mapolres pasti tahu siapa saja polisi yang membawa pistol. Sebab, yang membawa pistol sudah teregistrasi. Maksudnya, yang membawa pistol itu telah terdata, nama, pangkat, dan jabatan. Tidak semua polisi di Mapolres itu diizinkan membawa pistol. Hanya polisi-polisi tertentu saja yang dibolehkan. Yang membawa pistol itu tinggal dipanggil atau dikumpulkan dalam satu aula. Ditanya, malam Jumat itu ke mana saja mereka. Di antara mereka pasti ada yang sedang piket atau lagi off. Ditanya lagi dari pukul 21.00 sampai 22.00 (saat kejadian) ke maja saja mereka. Kalau ada yang bilang pergi ke rumah teman, ke kafe, atau tidur di asrama, itu semua bisa dikonfrontir. Kita yakin, di antara polisi itu pasti ketahuan. Polisi sendiri paling jago membuktikan sebuah kejadian. Kalau juga tidak ada yang mengaku, berarti memang bukan polisi.
Lantas, dugaan selanjutnya adalah penjahat. Landak tidak memiliki catatan kejahatan menggunakan pistol. Kalau senapan lantak, iya. Kemudian, mana ada penjahat bawa pistol dengan santai nongkrong di depan kantor Dewan. Dugaan kuat memang jatuh pada polisi. Kapolda Kalbar yang baru memang harus membuktikan bahwa anak buahnya tidak arogan lagi.*

1 komentar:

  1. Itu harus dilaporkan bos.. Lewat
    http://polri.go.id biar kapolda dan kapolres nya di pecat.

    BalasHapus