Rosadi Jamani
Tradisi Cap Go Meh (CGM) berlangsung meriah di Kota Pontianak dan Singkawang, kemarin (10/2). Kekhawatiran terjadi gangguan, ternyata tidak terbukti. CGM yang sudah menjadi kalender wisata nasional aman dan tertib. Di sini membuktikan bahwa CGM bukan hanya milik etnis Tionghoa melainkan milik masyarakat Kalbar secara umum.
Dalam perayaan ritual tahunan itu, ribuan warga Kalbar ikut larut menyaksikannya. Tidak hanya warga Kalbar, melainkan juga turis mancanegara. Semua berdetak kagum ternyata ada adat istiadat yang begitu menarik untuk disaksikan. Bagi yang suka hiburan dan adat istiadat, CGM tidak sekadar ritual tetapi sebuah entertainment megah yang patut dibanggakan oleh rakyat di Bumi Khatulistiwa.
Sebelum ritual itu memang ada berseliuran pamphlet dan selebaran yang mengajak orang untuk tidak menyaksikan CGM. Katanya, CGM bagian dari ritual ibadah. CGM bukanlah permainan. Oleh sebab itu, orang yang mengaku umat Islam dilarang menontonnya. Menonton berarti ikut ibadah agama Konghucu. Kira-kira demikian CGM diterjemahkan oleh selebaran yang tersebar luas di masyarakat.
Ternyata, masyarakat sekarang lebih cerdas. Tidak mudah terprovokasi selebaran tersebut. Tetap saja banyak orang yang bertitelkan agama Islam menyaksikan CGM. Banyak di antara mereka berpikir dan berpendapat, CGM tidak lebih sebuah hiburan yang sangat menarik. Sungguh sangat rugi untuk dilewatkan begitu saja. Mereka juga berpendapat, semua perbuatan itu ditentukan oleh niat.
“Saya dari rumah datang ke Gajah Mada hanya untuk menonton tatung dan arakan naga. Niat saya hanya itu. Masa nonton itu dibilang ibadah. Ibadah itu ada niat dan rukunnya,” kata Ahmad Husain warga Kota Baru Pontianak Selatan, kemarin.
Jangan dilihat CGM dari sisi politik. Lihatlah CGM bagian dari budaya Kalbar yang sudah ada ratusan tahun lalu. Selain itu, lihatkan CGM itu juga indikator pertumbuhan ekonomi. Dari CGM ini, semua hotel pada penuh. Ini artinya, pengusaha hotel sangat bergairah. Di dalam hotel itu ada ribuan pekerja. Berapa banyak orang diuntungkan dari CGM ini. Belum lagi pedagang kaki lima, sopir, jasa angkutan seperti bis, pesawat dan sebagainya. Kita yakin, semua itu tidak akan dinikmati apabila Kalbar ini tidak aman. Apakah kita mau Kalbar tidak aman? Tidak ada satupun orang di negeri yang menginginkan daerahnya tidak aman. Semua ingin aman. Untuk itu, mari saling tenggang rasa, hormat-menghormati. Jangan curiga yang tidak beralasan!
Senin, 09 Februari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar