Senin, 16 Februari 2009

Asap Mulai Mengancam Kalbar

Rosadi Jamani

Kalbar termasuk penghasil asap. Kalbar juga memiliki catatan jelek soal asap ini. Dalam setiap tahunnya, selalu saja muncul asap yang mengancam ratusan ribu warga. Untuk tahun ini, tanda-tanda serangan asap mulai muncul. Bahkan, pemerintah telah mengeluarkan peringatan kepada warganya agar jangan keluar malam hari kalau tidak pakai masyarakat. Soalnya, asap yang mulai muncul itu sudah kategori membahayakan manusia.

Bisa dikatakan, asap sudah menjadi musuh bersama baik itu Indonesia dan Malaysia. Serangan asap juga merupakan bencana alam yang bisa melumpuhkan sektor ekonomi. Bandara bisa tutup. Orang takut keluar rumah. Ancaman penyakit ISPA setiap saat bisa menyerang manusia. Ancaman tersebut tidak saja daerah yang memiliki gambut, yang tidak juga bisa kena imbasnya. Apalagi Kalbar yang memiliki ribuan hektare gambut menjadi daerah paling rentan kena serangan asap.

Kota Padang Sumatra Barat bukan daerah gambut. Namun, daerah ini sering diserang asap yang dihasilkan provinsi lain seperti Riau atau Bengkulu. Untuk Kalbar, daerah seperti Singkawang bukan daerah gambut sering terserang asap dari daerah lain. Jadi, asap sudah menjadi musuh bersama. Pemerintah manapun tidak senang apabila asap itu muncul.

Lalu, apa upaya pemerintah untuk mencegah serangan asap? Yang sering kita dengar, kebanyakan berupa imbauan di media. Misalnya, Gubernur atau Bupati melalui dinas yang menangani lingkungan hidup meminta warganya jangan membakar lahan di musim panas. Sebab, asap itu bisa menyebabkan penyakit kepada siapa saja. Jika ingin membersihkan lahan, janganlah pakai bakar. Gunakan cara lain yang tidak menimbulkan asap. Imbauan seperti itu setiap tahun muncul. Tapi, itulah yang bisa dilakukan pemerintah. Sementara orang yang membakar lahan, mungkin tidak pernah membaca koran atau menonton televisi.

Tidak cukup kepala daerah, wakil rakyat yang duduk di legislatif juga sering mengimbau agar masyarakat jangan membakar lahan. Bahkan, polisi juga sering mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan api membersihkan lahan. Cerita imbauan, siapapun bisa melakukannya. Anak kecil juga bisa mengimbau agar orang tuannya jangan membakar lahan. Tapi, saat ini bukan sekadar imbauan, tapi action di lapangan.

Pemerintah memiliki Manggala Agni atau tentara yang kerjaannya memadamkan api. Kita tidak tahu, apakah tentara yang sudah ada personel dan perlengkapannya itu disiagakan atau belum. Kalau memang sudah disiagakan, kenapa ada muncul kabut asal. Pihak BMG juga mengatakan sudah ada titik api (hot spot) dari sejumlah daerah. Kenapa ada larangan untuk jangan keluar di malam hari?

Pemerintah telah memiliki pasukan untuk memadamkan api. Jika itu juga kurang bisa minta bantuan ke badan pemadam kebakaran yang ada di setiap daerah. Jika ada orang sengaja membakar lahan, ada polisi yang menangkapnya. Hukum dan perangkatnya sudah kita miliki. Sekarang, tinggal action, bukan talk only. Lebih baik talk less, do more, sedikit ngomong, tapi banyak berbuat.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar