Rosadi Jamani
Polis Diraja Malaysia (PDRM) menembak mati lima warga Balai Karangan Sanggau. Kejadian itu sama halnya membangunkan harimau sedang tidur. Rakyat Kalbar tidak terima. Pemerintah Provinsi Kalbar melakukan protes dan hari ini akan melayangkan surat ke Konsulat Malaysia.
Sudah sering negeri jiran itu menyakiti hari rakyat Kalbar. Kasus tenaga kerja wanita yang disiksa majikan rasanya sudah cukup membuat kita geregetan. Kali ini, membunuh lima warga negara kita dengan senjata api. Ini sudah keterlaluan. Pihak Malaysia mesti bertanggung jawab, karena ini menyangkut nyawa manusia.
Sudah sedemikian hina-kah rakyat Kalbar di mata orang Sarawak itu? Kalau memang terlibat kriminal, tidak mesti harus dibunuh. Ada proses hukum yang lebih aman dan tidak melanggar HAM. Indonesia tidak bisa mendiamkan persoalan ini. Malaysia mesti diseret ke Pengadilan HAM dunia. Jika ini tidak dilakukan, ke depan rakyat Malaysia akan seenaknya memperlakukan warga Kalbar. Akan ada lagi rakyat Kalbar dibunuh tanpa harus dipertanggungjawabkan.
Harga diri rakyat Kalbar mesti dibela dalam kasus ini. Kita akui Kalbar masih jauh tertinggal (ekonomi) bila dibandingkan negeri jiran itu. Ribuan rakyat Kalbar bekerja di Sarawak maupun semenanjung. Mereka bekerja demi keluarga yang ada di Kalbar. Mereka rela menjadi pembantu, buruh pabrik, petani sawit. Para TKI adalah manusia, bukan binatang yang tidak bisa diperlakukan sewenang-wenang. Mereka juga memiliki harga diri.
Walaupun demikian, bukan berarti harga diri daerah ini bisa diinjak-injak. Membunuh merupakan perlakuan biadab yang sangat merendahkan harga diri Bumi Khatulistiwa. Malaysia harus membentangkan kronologis pembunuhan itu. Harus ada pihak independent untuk melakukan penyelidikan. Kita khawatir, keterangan yang dikeluarkan Malaysia tidak sesuai fakta.
Pasti ada reaksi keras dari masyarakat Kalbar terhadap persoalan pembunuhan itu. Kita berharap, mereka tidak mengedepankan emosi, melainkan melakukan upaya hukum dan diplomasi secara elegan. Kita tidak ingin rakyat Kalbar diinjak-injak di masa akan datang.*
Jumat, 16 Januari 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar