Rabu, 21 Januari 2009

Selalu Disakiti

Kita ingin bertanya, apakah pernah rakyat Kalbar Indonesia menyakiti orang Sarawak Malaysia? Rasanya tidak pernah. Sebaliknya, justru rakyat Kalbar lebih banyak menyenangkan orang Sarawak ketimbang menyakitinya. Sebagai bukti, ribuan TKI kita bekerja di Sarawak. Itu semua dalam upaya menyenangkan orang di negeri jiran itu.
Tapi, kenapa orang yang katanya serumpun itu selalu menyakiti kita. Kasus lima warga Balai Karangan yang dibunuh Polisi Di Raja Malaysia (PDRM) masih belum hilang dari ingatan kita. Sekarang, muncul kasus terbaru, pencaplokan wilayah Kalbar sepanjang 2 kilometer di Kawasan Gunung Guma dan Gunung Batu Kapuas Hulu. Tidak cukup itu saja, ratusan patok batas negara juga tergusur oleh salah satu perusahaan perkebunan Malaysia. Walaupun kasus ini masih diselidiki, tapi fakta telah membuktikan bahwa terjadi pencaplokan wilayah negara.
Lantas, sikap apa yang pantas dilakukan pemerintah serta rakyat Kalbar? Sejauh ini memang masih adem ayem. Mabes TNI telah memerintahkan Korem untuk melakukan penyelidikan. Namun, kisah pencaplokan dan pergeseran tapal batas, bukanlah cerita baru. Sudah sering terjadi. Selalu yang membikin ulah dari pihak Malaysia itu. Sementara sikap pemerintah Indonesia sangat lunak. Sikap lunak ini membuat Malaysia selalu mencari celah kelemahan Indonesia untuk menguasai sumber daya alam yang di perbatasan.
Kita memang mengakui antara Sarawak dan Kalbar adalah serumpun. Tidak banyak berbeda soal budaya maupun bahasa. Orang Kalbar jika ingin ke Sarawak tidak kesulitan dalam berkomunikasi. Begitu juga orang Sarawak ke Kalbar sangat mudah beradaptasi. Kemesraan ini juga sudah lama terjalin. Berbagai upaya untuk mengakrabkan dua daerah beda negara ini juga sering dilakukan.
Walaupun dari segi budaya dan bahasa tidak jauh berbeda. Tapi, segi ekonomi, jujur kita akui, Kalbar masih sangat jauh tertinggal. Kata orang, ibarat langit dan bumi. Sangat wajar apabila banyak warga kita harus mengadu nasib di Sarawak. Ribuan TKI kita memenuhi sektor-sektor usaha di sana. Banyaknya orang kita bekerja di Sarawak, itu artinya memberikan andil besar bagi pembangunan negeri itu. Sarawak butuh tenaga kerja, sementara orang kita memang butuh pekerjaan. Inilah kemesraan yang sudah lama dirasakan kedua daerah yang hanya dipisahkan oleh garis batas negara itu.
Tapi, kenapa kemesraan itu ingin dirusak oleh pihak Malaysia. Kasus Pulau Ligitan dan Simpadan sempat membuat hubungan kita dengan negara tetangga memanas. Semakin panas ketika muncul kasus Ambalat. Belum lagi kisah TKI yang sering disiksa. Bahkan, ada yang harus merenggang nyawa hanya untuk mencari keberuntungan di Malaysia.
Munculnya kasus pencaplokan wilayah Indonesia sepanjang dua kilometer itu adalah upaya untuk menipiskan kemesraan.
Memang ada dugaan dari Korem, mungkin saja pencaplokan wilayah itu disebabkan ketidaktahuan pihak perusahaan perkebunan Malaysia soal tapal batas. Jika alasan ini dipakai, rasanya tidak masuk di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Kemudian, rasa mustahil pihak tentara Malaysia tidak mengetahui aktivitas perusahaan di perbatasan. Kalau warga membuka lahan, masih bisa masuk akal. Tapi, yang membuka lahan itu adalah pihak perusahaan. Sebuah perusahaan ketika membuka lahan (land clearing), pasti mengerahkan alat berat dan pekerja dalam jumlah besar. Apakah aktivitas besar ini tidak diketahui oleh tentara Malaysia yang sering berpatroli di perbatasan?
Pemerintah Indonesia harus tegas dalam hal ini. Memang ada saatnya kita mengedepankan pendekatan persuasif. Sebagai contoh, ketika ada kasus TKI disiksa, bolehlah pendekatan itu dipakai. Tapi, kalau sudah wilayah negara dicaplok, walaupun itu hanya sepanjang dua kilometer, itu tidak bisa dibenarkan. Apakah pemerintah masih mau menggunakan cara lunak. Kita berharap, pemerintah Indonesia bersikap tegas dengan memperingatkan Malaysia, jangan coba-coba mengganggu wilayah kedaulatan Indonesia. Sikap tegas ini penting agar kita tidak selalu disakiti. Ke depan tidak ada lagi orang atau negara yang dirugikan oleh tetangga kita itu.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar