Selasa, 27 Januari 2009

Pendopo yang Menjadi Simbol Kebersamaan

Rosadi Jamani
Ada satu hal menarik dari hari pertama perayaan Imlek, 26 Januari lalu. Gubernur Kalbar, Drs Cornelis MH menjadikan pendopo rumah dinasnya dijadikan ajang perayaan pergantian tahun khusus bagi etnis Tionghoa tersebut. Pada saat itu, Cornelis di hadapan masyarakat Tionghoa mengatakan bahwa pendopo boleh dijadikan tempat perayaan apa saja. Idulfitri, takbiran, natalan, atau perayaan agama lain boleh digelar di pendopo gubenuran. “Asal jangan acara kawinan saja,” ujar Cornelis.
Cornelis ingin menjadikan pendopo tidak eksklusif, atau khusus untuk satu perayaan agama saja. Dia ingin pendopo benar-benar menjadi istana rakyat Kalbar. Istana yang terbuka untuk seluruh etnis, agama, golongan yang ada di Bumi Khatulistiwa. Dia ingin menjadikan pendopo sebagai ajang silaturahmi bagi seluruh keanekaragaman masyarakat di Kalbar. Kira-kira itulah makna yang ingin diperlihatkan orang nomor satu di provinsi yang berbatasan langsung dengan Malaysia ini.
Semua pasti sepakat bahwa gubernur bukan pemimpin satu etnis atau agama. Gubernur adalah pemimpin untuk seluruh rakyat Kalbar. Dia tidak boleh hanya mengayomi satu entitas saja, melainkan untuk semuanya. Gubernur tidak hanya milik satu etnis, melainkan milik seluruh etnis. Cornelis tahu betul persoalan itu. Itu sebabnya, pendopo yang dulunya sangat eksklusif, ingin diubahnya menjadi sarana terbuka.
Pendopo merupakan ruang pertemuan yang berada di rumah dinas kepala daerah. Kalau Presiden, ada istana negara. Di istana inilah presiden bisa mengumpulkan rakyat atau menjadikan tempat menggelar kegiatan kenegaraan. Sementara di rumah dinas gubernur pasti ada pendopo. Begitu juga di rumah dinas bupati/walikota pasti ada pendoponya. Kenapa mesti ada pendopo? Tujuannya tidak ada lain agar terjadi interaksi langsung antara kepala negara atau kepala daerah dengan rakyatnya. Interaksi ini tidak hanya untuk satu golongan atau satu entitas melainkan untuk semuanya.
Menggelar kegiatan di pendopo memiliki satu keistimewaan khusus dibandingkan tempat lain. Keistimewaan itu adalah bisa dihadiri kepala daerah beserta keluarganya. Tidak hanya itu, interaksi antara penyelenggara dengan sang kepala daerah jauh lebih intensif. Selain itu, dari segi biaya pastilah jauh lebih murah. Apalagi kalau sebuah kegiatan itu memang diminta kepala daerah untuk digelar di pendopo, tentunya akan lebih istimewa lagi. Siapapun pasti menginginkan sebuah kegiatan itu mendapatkan dukungan penuh dari seorang kepala daerah. Cuma, kendalanya, kegiatan tersebut tentulah harus menyesuaikan dengan jadwal kepala daerah.
Yang tidak habis pikir, kenapa ada orang yang sinis terhadap Imlek yang digelar di pendopo gubernuran? Ada entitas yang kebakaran jenggot, tidak terima, seolah-olah Gubernur telah membuang entitas lain dan hanya mengakomodir salah satu entitas saja. Padahal, seperti yang dijelaskan sebelumnya, Gubernur bukan milik satu entitas melainkan milik seluruh entitas yang ada di negeri ini.
Kalau sebuah program pembangunan, pro dan kontra itu hal biasa. Tapi, kalau persoalan mengakomodir seluruh entitas yang ada di negeri berikota Pontianak ini, ada yang kontra perlu dipertanyakan. Berarti ada orang yang memang tidak senang Gubernur mengakomodir seluruh entitas itu. Jika demikian, apa maunya? Apakah Gubernur cukup mengakomodir entitas orang yang kontra saja, tentunya tidak. Jika hanya mengakomodir satu entitas, itu sama halnya Gubernur mencelakai diri sendiri serta membawa kehancuran Kalbar.
Tidak satupun golongan, etnis atau agama yang paling berjasa membangun Kalbar. Justru seluruh elemen itu bersatu padu membangun Kalbar seperti saat ini. Antara satu elemen dengan elemen lain saling keterkaitan. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan, manusia tidak bisa mengubahnya. Justru itu merupakan sebuah rahmat dari Tuhan. Perbedaan itulah yang membuat negeri ini indah, penuh warna-warni seperti halnya pelangi. Coba kalau hanya satu warna, apa yang indah, menjemukan dan membosankan.
Memang, apa yang dilakukan seorang kepala daerah itu pasti ada kepentingan. Cuma, kalau kepentingan itu untuk kebaikan Kalbar secara umum, kenapa mesti disiniskan. Kalau kepentingan itu untuk kebaikan bagi seluruh rakyat, kenapa mesti dicurigai. Mari kita selalu berpikir positif demi kebaikan Kalbar. Apa jadinya kalau kita selalu berpikir negatif, negeri yang sedang berjuang dari keterpurukan akan semakin terpuruk.*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar